20 April 2009

Sumbangan untuk Pembangunan Masjid / Mushalla


Satu fenomena menarik yang biasa dijumpai di beberapa titik lokasi di sepanjang jalur regional yang terbentang dari selatan ke utara Provinsi Kalsel, dari Kota Banjarmasin s.d. Kab. Tabalong adalah hadirnya deretan peminta sumbangan di jalanan untuk pembangunan masjid / mushalla. Pelakunya beragam, bisa kakek2, bapak2, ibu2, remaja putra/putri, bahkan anak2 !! (ehm..kalo ketauan Kak Seto dari Komnas Perlindungan Anak bisa ditegur nih panitia pembangunan..). Bila cuaca cerah, mereka berdiri di tepi jalan, atau di median jalan, sepanjang sekitar 5-10 m, dengan menadahkan topi, jala ikan, dan atau kardus. Satu orang (bisa laki2, atau perempuan) berteduh di pos tepi jalan bertindak sebagai juru bicara, pegang mikrophon sambil cuap2, kadang terdengar memelas, menghimbau para pengguna jalan agar rela melemparkan uang sumbangan mereka ala kadarnya, kemudian sesekali meneriakkan sholawat atas Rasulullah SAW serta melantunkan do’a keselamatan bagi si penyumbang. Orang-orang ini begitu bersemangat menangkap lembar2 uang ribuan yang dihembus angin, mengejar receh demi receh yg menggelinding di aspal panas...benarkah HANYA demi tegaknya bangunan ibadah di kampung mereka?

Yah, itulah cara praktis dan cepat bagi mereka untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan masjid/langgar/mushalla di lingkungannya. Jalan regional yang sempit menjadi semakin sempit. Tak peduli, meskipun keberadaan ”barisan” ini mengakibatkan sedikit kemacetan lalu lintas, karena jika tidak ingin membahayakan siapapun, maka kendaraan harus jalan pelan-pelan. Juga tak peduli kesan yang mereka bangun atas umat Islam ini : UMAT MISKIN.

Mei 2007, saya diminta tolong oleh abang ipar untuk membuat desain mushalla berukuran 10x10 di gang tempat tinggalnya, lengkap dengan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Alhamdulillah ketika berkunjung ke rumah kakak, saya turut senang melihat perkembangan mushalla itu. Warga mulai menumpuk bahan, di waktu berikutnya, mulai membangun pondasi. Bulan yang lalu ketika saya berkunjung, bangunan mushalla sudah berdiri, namun belum finishing.
Ada hal yang mengejutkan : Di depan gang, berdiri barisan peminta sumbangan tempat ibadah, yang bulan-bulan sebelumnya tidak saya jumpai di sana.
Ketika saya tanyakan kepada ipar, ternyata memang memintakan sumbangan dana untuk mushalla yang saya desain dulu. Astaghfirullah, kenapa jadi latah gini? Katanya sih warga sepakat mengambil jalan ”meminta-minta” biar cepet kelar. Sumbangan dari pemda tidak mencukupi. Dan yang lebih menyedihkan lagi kakak cerita bahwa mereka yang bersedia berdiri di jalanan itu meminta imbalan 20 % dari dana yg terkumpul per harinya. Anggaplah rata-rata per hari diperoleh Rp 600.000, berarti 20 % nya Rp 120.000, dibagi sekitar 10 orang.
”Kasihan, mereka orang2 susah, contohnya ada janda beranak lima yang berpartisipasi, lumayan kan dapet sekitar Rp 12.000 sehari...” Begitu kata kakak.

Ya Allah..ternyata mereka bukanlah relawan. Tapi mereka adalah ”pencari nafkah”. Meminta sumbangan untuk mushalla/masjid di jalanan adalah lapangan kerja bagi mereka. Perjuangan mereka di bawah terik matahari ternyata tak sekedar wujud kerinduan akan tegaknya bangunan ibadah di kampung mereka. Tidak heran, setelah tempat ibadah berdiri, jama’ahnya tetap bisa dihitung dengan jari.

Sedih..sedih, hati ini teriris-iris, setiap kali melewati ”para pejuang” ini, yang terbersit kini adalah satu hal : KEMISKINAN. Kemiskinan telah membuat mereka mencari nafkah dengan jalan meminta-minta seperti ini. Mengatasnamakan tempat ibadah orang Islam. Bagaimana dengan izzah/kehormatan kita sebagai muslim?
Harusnya kita mampu berpikir lebih kreatif untuk menggalang dana, yang sekaligus menyediakan peluang lapangan kerja bagi warga.

Satu contoh menarik, sebuah panti asuhan di kota saya menawarkan pemesanan nasi bungkus dengan aneka pilihan lauk, keuntungannya untuk tambahan dana operasional panti tersebut. Panti ini menawarkan ke perkantoran. Beberapa orang kurang berminat memesan nasinya, tapi hanya ingin menyumbang, ikut menyerahkan uang saja. Ternyata, esok harinya nasi bungkus tetap datang sejumlah uang yang terkumpul. Mereka menjual sesuatu, bukan meminta-minta. Contoh lain ada yang mencari dana dengan berjualan kue atau stiker. Subhanallah, sederhana tapi kreatif.

Abdullah bin Umar radhiyallaahu anhu berkata: Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: “Selalu seorang itu meminta-minta kepada orang sehingga tiba di hari kiamat sedang di wajahnya tidak ada sisa sepotong daging pun. Yakni hanya tinggal tulang belulang belaka. (HR. Bukhari, Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain untuk memperbanyak hartanya, maka sesungguhnya ia telah meminta bara api, silahkan ia mau menyedikitkannya atau memperbanyaknya’. (HR.Muslim)

Banyak hadits-hadits yang mencela meminta kepada manusia dan menganjurkan untuk bersikap memelihara diri dari meminta-minta.

Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam pernah bersabda : "Wahai Qobishoh, sesungguhnya meminta itu tidak dibolehkan kecuali dalam salah satu dari tiga hal, yaitu :

1. Seseorang (yang mendamaikan pertikaian antara manusia lalu) dia menanggung beban biayanya maka boleh baginya meminta hingga dia mendapatkannya kemudian dia berhenti dari meminta.

2. Seseorang yang tertimpa bencana hingga musnah hartanya maka boleh baginya untuk meminta hingga dia mendapatkan hal yang bisa menopang hidupnya.

3. Seseorang yang tertimpa kemiskinan yang sangat hingga 3 orang yang cerdik dari kaumnya berkata: telah menimpa orang itu kemiskinan yang sangat maka boleh bagi orang ini untuk meminta sampai dia mendapatkan hal yang bisa menopang hidupnya.

Selain ketiga hal ini -wahai Qobishoh- meminta-minta itu termasuk memakan harta yang haram" (HR Muslim)

Hadits di atas ini menunjukkan akan haramnya meminta-minta dan hal tersebut tidak dibolehkan kecuali karena terpaksa seperti yang disebutkan dalam hadits atau yang semisalnya.

Saya yakin, orang-orang yang rela berpanas2 di bawah terik matahari untuk menantikan sumbangan dari pelalu-lintas demi pembangunan mesjid/mushalla itu, adalah orang2 yang sebenarnya kuat fisiknya untuk melakukan pekerjaan halal lainnya, jika mereka bersedia dan berusaha, Insya ALLAH.

Semoga kita semua mau berpikir lebih kreatif, karena manusia dikaruniai akal untuk berpikir.
Agar tidak malu umat ini. Agar bisa dengan lantang kita berseru ”Saksikanlah, bahwa aku seorang MUSLIM !! ”.
Semoga Allah memberi kita petunjuk, ketakwaan, kesucian dan kecukupan.
Wallahu a’lam.

Ummu-Nasyitha
Barabai, 16 April 2009/20 Rabiuts Tsani 1430 H.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI ERLANGGA, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI ERLANGGA
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI ERLANGGA Di Tlp 085-298-609-998
agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI ERLANGGA pasti akan di bantu Oleh Beliau
UNTUK INFO LEBIH JELAS KLIK DISINI

http://pesugihanbngp99.blogspot.co.id/