05 November 2015

MUTIARA ISLAM

Wahai para pembawa ilmu, amalkanlah ilmu kalian miliki! Karena yang disebut alim adalah orang yang mengamalkan apa yang ia ketahui dan ilmunya sesuai dengan amalnya. Akan ada suatu kaum yang membawa ilmu tidak melebihi kerongkongan mereka. Ilmu mereka bertentangan dengan amal mereka. Batin mereka bertentangan dengan lahir mereka. Mereka duduk dalam halaqah (majelis ilmu) untuk saling berdebat antara satu dengan yang lain. Sehingga ada seseorang yang marah kepada rekannya, lalu berpindah ke yang lain dan meninggalkan rekannya. Amalan mereka dalam majelis itu tidak akan bisa naik kepada Allah Ta'ala.

(Ali bin Abi Thalib)


Menuntut ilmu itu lebih baik daripada shalat sunnat.

(Imam asy-Syafi'i)

Barangsiapa berbicara tentang perkara agama tanpa didasari ilmu maka sesungguhnya ia telah berdusta walaupun ia tidak berniat untuk berdusta secara sengaja dengan ucapannya tersebut.

(Ibnu Taimiyah)

Obat hati ada lima :
(1) Membaca al-Qur'an dengan disertai tadabbur (merenungkan maknanya),
(2) mengosongkan perut (berpuasa),
(3) shalat malam,
(4) Berdoa dan memohon ampunan di penghujung malam dan
(5) bermajelis bersama orang-orang shalih

(Ibrahim al-Khawwash)

Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian (dari kalangan para sahabat dan tabi'in) membenci ucapan yang tidak bermanfaat. Mereka mengganggap bahwa semua ucapan termasuk dalam ucapan yang tidak bermanfaat, kecuali tiga hal : (1) membaca al-Qur'an, (2) amar ma'ruf nahi munkar dan (3) pembicaraan seseorang dalam hal yang memang ia harus berbicara tentangnya seperlunya.

('Atha)

Mukmin sejati bukanlah mukmin yang tidak pernah bermaksiat kepada Allah. Akan tetapi, mukmin sejati adalah mukmin yang apabila bermaksiat kepada Allah maka ia bersegera untuk kembali dan bertaubat kepada-Nya.

(Sebagian Ahli Hikmah)